BANDUNG, TRIBUN - Nurdin Sobari dari Forum Orang Tua Murid SD Kecamatan Rancaekek, mengatakan ada puluhan siswa SD di Rancaekek yang menggunakan buku sumber secara bergantian. Padahal, kata dia, setiap murid harusnya memegang satu buku sumber yang dananya tersedia dari dana bantuan operasional sekolah (BOS).
"Di Cicalengka saja, setiap siswa menggunakan satu buku satu murid. Lalu kenapa di Rancaekek tidak demikian," ujarnya.
Sejumlah siswa SD di Rancaekek yang sempat diwawancara Tribun, pun mengaku, untuk pelajaran seperti Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), siswa harus menggunakan buku itu untuk dua siswa.
Hilman, bukan nama sebenarnya, siswa kelas V salah satu SD Negeri di Rancaekek, meski menggunakan 1 buku berdua, ia mengaku tidak masalah. Hanya saja, jika 1 buku berdua, belajar menjadi tidak nyaman.
Sebaliknya Dedi, bukan nama sebenarnya, siswa SD kelas VI mengaku belajar bakal nyaman kalau menggunakan buku satu orang satu buku. "Kalau satu buku satu bisa bebas baca halaman lain. Kalau berdua, kan harus nunggu rekan sebangku dulu membaca halaman tertentu," katanya.
Di sekolahnnya, kata Dedi, sama seperti di sekolah Hilman, siswa menggunakan buku 1 orang satu jika belajar Matematika, IPA dan Bahasa Indonesia. Sementara untuk pelajaran lain seperti IPS dan PAI, menggunakan buku sumber 1 buku untuk dua orang siswa.
Karyawan penyalur buku sumber di Kabupaten Bandung, Solihin mengatakan harusnya sekolah menyediakan buku selain Matematika, IPA dan Bahasa Indonesia.
Sejumlah distributor buku sumber mata pelajaran untuk SD, pun membenarkan bahwa buku-buku yang dibiayai oleh dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Pemerintah Pusat anggaran 2011 belum terserap sepenuhnya.
Di Kecamatan Rancaekek, penyerapan buku baru mencapai 60 persen sejak 2009 hingga 2011. Tahun 2009, buku yang didanai itu antara lain IPS dan PKN, 2010 Pendidikan Agama Islam dan SBK serta 2011 Pendidikan Jasmani, Rohani dan Kesehatan
"Ya, untuk Kecamatan Rancaekek, memang banyak SD belum membeli buku sumber yang didanai oleh program BOS Pemerintah Pusat tahun anggaran 2009-2011. Kami juga belum tahu kenapa itu bisa terjadi," ujar Solihin saat ditemui di Rancaekek, Kamis (26/1).
Menurut Solihin, jika ada pemeriksaan ke sekolah-sekolah, pastinya buku-buku selain Matematika, IPA dan Bahasa Indonesia, tidak tersedia. "Kalau pun ada, pastinya jumlahnya sedikit," ujarnya.
Salah satu kepala SD di Rancaekek yang tidak ingin disebutkan namanya mengakui buku-buku sumber itu penting bagi siswa. "Makanya, pastinya sekolah akan membeli buku itu dengan anggaran dari dana BOS pusat," katanya.
Kepala sekolah SD lain di Rancaekek, Surtia Budiwati mengaku, sekolahnya sudah menggunakan semua anggaran dana BOS pusat untuk membeli semua buku sumber. "Kami sudah membeli semua buku-buku sumber itu. Di sekolah kami, setiap siswa pegang 1 buku. Silakan saja dicek," ujarnya. (ee)
* Berita selengkapnya dimuat di edisi cetak harian Tribun Jabar, Kamis (9/2).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar